Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Konflik antara Indonesia dan
Belanda
Ketentuan
Civil Affairs Agreement antara Belanda dan Sekutu,akan dilakukan operasi
militer dan law and order(keamanan dan ketertiban) yang dipimpin Sekutu.Tetapi
terdapat perubahan atas ketentuan Persetujuan Postdam sehingga Inggris yang
bertanggungjawab atas pendudukan Sumatra dan seluruh Indonesia.
Belanda
tidak mengakui proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 karena
Belanda masih berhak untuk terus menjajah Indonesia.Hal itu membuat Belanda
membonceng Sekutu untuk berusaha mempertahankan wilayah jajahannya itu.Hingga
akhirnya banyak perlawanan rakyat di seluruh daerah untuk melawan Sekutu demi
mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Pertempuran Lima Hari di Semarang
Pertempuran lima di
Semarang di mulai tanggal 14 Oktober 1945. Ketika itu kurang lebih 400 orang
veteran Angkatan Laut Jepang yang pernah bertugas di KepulauanSolomon
memberontak ketika dipindahkan dari cipiring ke Semarang (jarak Cipiring adalah
30 km di sebelah barat Semarang). Mereka ditugaskan oleh atasanya untuk
mengubah pabrik gula Cipiring menjadi pabrik senjata.
Tawanan-tawanan itu
menyerang polisi Indonesia yang mengawal mereka. Semua orang Jepang tersebut
melarikan diri dan bergabung dengan Kidobutai di Jatingaleh (batalyon Jepang
dibawah pimpinan Mayor Kido). Selanjutnya, mereka bergerak melakukan perlawanan
dengan dalih mencari dan menyelamatkan orang-orang Jepang yang di tawan.
Situasi semakin panas
dengan meletusnya desas-desus yang mengelisahkan masyarakat bahwa cadangan air
minum di Candi telah diracuni. Pihak Jepang yang disangka melakukan peracunan
lebih mempruncing keadaan dengan melucuti delapan polisi Indonesia yang menjaga
tempat tersebut, dengan alasan untuk menghindarkan peracunan cadangan air minum
itu. Dr. Karyadi, Kepala Laboratorium Pusat Rumah Sakit Rakyat (Purusara)di
Semarang menjadi salah satu korban pada awal pertempuran tersebut.
Pertempuran mulai meletus
dini hari tanggal 15 Oktober 1945. Kurang lebih 2000 Pasukan Kidobutai dibantu
oleh batalyon lain yang kebetulan sedang singgah di Semarang. Mereka bersenjata
lengkap dihadapi oleh TKR dan pemuda-pemuda. Pertempuran yang paling banyak
meminta korban terjadi di Simpang Lima (Tugu Muda). Pertempuran tersebut
berlangsung selama lima hari dan baru berhenti setelah pimpinan TKR berunding
dengan pimpinan pasukan Jepang. Akhirnya, usaha perdamaian tersebut lebih cepat
tercapai setelah pasukan Jepang. Akhirnya, usaha perdamaian tersebut lebih
cepat tercapai setelah pasukan Sekutu (Inggris) mendarat di Semarang pada
tanggal 20 Oktober 1945
Pertempuran Ambarawa
Pada 20 Oktober 1945, Sekutu
mendarat di Semarang di bawah pimpinan Brigadir Jenderal Bathel. Tanpa
sepengetahuan pihak Indonesia, tentara Sekutu mengikutkan tentara NICA. Mereka
membebaskan tawanan perang Belanda di Magelang dan Ambarawa. Dan akhirnya dapat
diketahui oleh pihak Indonesia dan menimbulkan insidien yang menjadi sebuah
pertempuran terbuka. Perundingan antara presiden Soekarno dan Brigadir Jendral
Bethel, tentara sekutu diam-diam meninggalkan Magelang dan mundur ke Ambarawa
pada 21 November 1945.
Resimen Kedu Tengah di bawah pimpinan Letkol M.Sarbini melakukan
pengjaran terhadap tentara Sekutu. Gerak mundur tentara Sekutu tertahan karena
dihadang pasukan Angkatan Muda pimpinan Sastrodiharjo yang diperkuat pasukan
Ambarawa, Suruh, dan Solo. Di ngipik tentara Sekutu dihadang Suryosumpeno
Pada saat pengunduran diri, tentara Seutu mencoba menduduki dua desa
disekitar Ambarawa. Dalam usaha tersebut gugurlah Komandan Resimenn Banyumas
Letkol Isdimen, Panglima Divisi Banyumas Kolonel Sudirman teerjun langsung
memimpin pertempuran.
Pada 12 Desember 1945, TKR dan lascar-laskar perjuangan secara serentak
menyerang Ambarawa dari berbagai arah. Akhirnya, pada 15 Deember 1945, tentara
Sekutu mengundurkan diri menuju
Semarang.
PERTEMPURAN SURABAYA
Pertempuran surabaya yang dimulai sejak
Brigade 49/Divisi india ke-23 tentara sekutu dipimpin dibawah komandan Brigadir
Jendral A.W.S Mallaby yang mendarat di Surabaya pada 25 Oktober 1945 yang
bertugas untuk melucuti dan menyelamatkan para interier Sekutu di Indonesia.
Pada
27 Oktober sekutu menyerbu penjara Kaliosok untuk membebaskan Kolonel
Huiyer dan para pegawai Relife of Allied
Prisoners of War and Internees (RAPWI).
Pada 27 Oktober jam 2 siang terjadi
kontak senjata antara sekutu dan pemuda Surabaya.Keesokan harinya,28 Oktober
1945,rakyat Surabaya menyerang hampir seluruh pos sekutu.Pada tanggal 29
Oktober 1945, para pemuda merebut
objek-objek penting di Surabaya yang menyebabkan tentara Sekutu menjadi kewalahan
dan kemudian meminta bantyan papra pemimpin di jakarta untuk menghentikan
pertempuran.
Pada 31 Oktober,Presiden Soekarno beserta
wakil presiden Drs.Mohammad Hatta dan menteri penerangan Amir Syarifudin datang
ke Surabaya untuk berunding dengan Mallaby.Perundingan itu menghasilkan
keputusan untuk menghentikan pertempuran dan terbentuknya anggota-anggota
panitia penghubung (Contact Comite) dari kedua pihak.
Meskipun sudah terjadi genjatan senjata
masih ada juga kontak senjata di beberapa tempat.Namun ketika panitia
penghubung mengunjungi Gedung Bank Internasional di Jembatan Merah dimana
gedung tersebut masih diduki Sekutu ,para pemuda pun memenuntut agar Mallaby
menyerah namun Mallaby menolak sehingga terjadi kontak senjata dan berakhir
dengan terbunuhnya Mallaby.
Insiden terbunuhnya Mallaby membuat
tentara Sekutu mengirimkan pasukan yang lebih besar dibawah pimpinanMayor
Jenderal R.C. Mansergh.Pada 9 November 1945 Sekutumengeluarkan ultimatum namun
tidak dihiraukan sehingga pertempuran baru yang lebih besar meletus pada 10
November 1945.
Dalam pertempuran tersebut Sekutu
mengerahkankurang lebih 15.000 orang yang dipersenjatai oleh meriam-meriam kapal dan pesawat mosquite
dan thunderbolt.Sebaliknya rakyat Surabaya hanya mnggunakan senjata sederhana
seperti golok,bambu runcing,panah dan lain-lain.
Pertempuran tidak seimbang tersebut
berakhir sampai awal Desember 1945 telah menelan ribuan korban.Untuk
menghormati jasa tersebut maka
pemerintah menetpkan 10 November sebagai Hari Pahlawan.
PERTEMPURAN MEDAN AREA
Pada 9 Oktober 1945,Sekutu mendarat di
bawah pimpinan Brigadir Jenderal T.E.D. Kelly mendarat di Medan,mereka
diboncengi oleh Belnda dan NICA yang bertujuan untuk mengambil alih
pemerintahan.
Pada 13 Oktober 1945,terjadi pertempuran
antara pemuda dan Belanda.Karena sering terjadi insiden,pada 18 Oktober
1945,Sekutu mengeluarkan ultimatum yang melarang rakyat membawa senjata dan
semua senjata harus diserahkan sekutu.
Pada 1 Desember 1945 Sekutu menuliskan Fixed Boundaries Medan Areas untuk menunjukan daerah kekuasaan mereka.
Pada 10 Desember 1945,Sekutu melancarkan
aksi pembersihan besar-besaran.Para pejuang membalas aksi tersebut sehingga
menimbulkan korban dari kedua pihak.
Peristiwa Merah Putih di
Manado
Tentara Sekutu yang berasal dari Australia
mendarat di Manado, Sulawesi Utara pada September 1945 . Pasukan tersebut
ternyata di ikuti NICA . Mereka kemudian membebaskan dan mempersenjatai bekas
pasuka KNIL Belanda yang sebelumnya telah ditawan Jepang. Pasukan KNIL Belanda
ini dikenal sebagai pasukan yang berasal dari Tangsi Putih.
Pada
Desember 1945, tentara Sekutu menyerahkan kekuasan di Manado kepada
NICA.Selanjutnya,pasukan NICA mulai melakukan penangkapan-penangkapan terhadap
tokoh RI.Penangkapan tersebut mengundang reaksi dari para pendukung RI,
terutama para pemuda dan mantan anggota
KNIL yang berasal dari Indonesia. Mereka membentuk Pasukan Pemuda Indonesia
(PPI) untuk melawan NICA.
PPI
mengadakan pertemuan rahasia sejak pertengahan Januari 1946. Namun, suatu saat
kegiatan ini diketahui NICA. Beberapa pemimpin PPI pun ditangkap. Pada 14
Februari 1946, 8 orang anggota PPI menyerbu kedudukan NICA di Tangsi Putih
Teling. Mereka mampu membebaskan para tokoh pejuang RI yang ditawan dan menawan
komandan NICA serta pasukannya ditempat itu. Beberapa PPI kemudian mengambil
bendera Belanda yang di simpan di pos penjagaan merobek warna birunya, dan
mengibarkannya sebagai bendera Merah Putih.
Setelah
Sulawesi Utara dapat direbut dari NICA, para penduduk RI membentuk pemerintah
sipilpada 16 Februari 1946. Selain itu, PPI membentuk TRI yang dipimpin oleh
Ch. Taulu, Wuisan, dan J. Seger. Berita mengenai penegakan kedaulatan Indonesia
di Manado segera dikirimkan ke pemerintah pusat di Yogyakarta.
Peristiwa Merah Putih di Biak
Peristiwa di
Biak terjadi pada 14 Maret 1948. Sasaran penyerangannya adalah tangsi NICA yang
terletak di Sorido. Namun,karena persenjataan yang dimiiki NICA lebih kuat,
perlawana itu gagal. Dua orang pemimpin pernyerang tersebut ditangkap.
Bandung
Lautan Api
Pada 17 Oktober 1945, tentara Sekutu memasuki kota Bandung. Sekutu
menuntut supaya senjata-senjata Para Pejuang diserahkan kepada Sekutu. Para
Pejuang menolak tuntutan tersebut.
Pada 21 November 1945, Sekutu mengeluarkan ultimatum pertama agar kota Bandung
bagian utara selambat-lambatnya pada 29 November 1945 dikosongkan oleh pihak
Indonesia. Batas pembagian kota tersebut adalah jalan kereta api yang
membentang dari timur ke barat. Ultimatum tersebut tidak diindahkan oleh Para
Pejuang sehingga sejak saat itu sering terjadi pertempuran dengan tentara
Sekutu.
Sekutu mengeluarkan Ultimatum kedua pada 23 Maret 1946 agar Para Pejuang
mundur sejauh 11 km ari batas rel kereta api. Pemerintah RI di Jakarta
memerintahkan agar Para Pejuang mematuhi ultimatum tersebut dan harus
mengosongkan kota Bandung.
Puputan
Margarana
Pada 2 dan 3 Maret 1946, Belanda
mendaratkan sekitar 2000-an tentara disertai tokoh-tokoh yang bersedia bekerja
sama dengan Belanda di Bali. Saat itu, Belanda sedang mengusahakan berdirinya sebuah
negara boneka yang diberi nama Negara Indonesia Timur. Belanda kemudian
membujuk I Gusti Ngurah Rai untuk bergabung. Namun, bujukan tersebut ditolak.
Pada 18 November 1946, I Gusti
Ngurah Rai menyerang kedudukan Belanda di daerah Tabanan. Satu detasemen polisi
berhasil dilumpuhkan.
Untuk menghadapi pasukan Ngurah
Rai, Belanda mengerahkan seluruh pasukan yang ada di Bali dan Lombok. Ngurah
Rai dapat dikalahkan dalam pertempuran Puputan di Margarana, sebelah utara
Tabanan. I Gusti Ngurah Rai beserta seluruh pasukannya gugur.
Perundingan Linggajati
Dalam situasi yang masih panas, perundingan pun dilanjutkan. Indonesia
membentuk delegasi khusus yang dipimpin Perdana Menteri Sutan Syahrir. Pihak
pemerintah Belanda diwakili suatu Komisi Jendral yang dipimpin oleh Prof.
Schermerhorn. Adapun diplomat Inggris Lord Killearn bertindak sebagai pengawas.
Perundingan yang dilangsungkan di
Linggajati, pada 10 sampai 15 November 1946 menghasilkan keputusan sebagai
berikut.
1. Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan
wilayahkekuasaan yang meliputi Sumatra, Jawa, dan Madura. Belanda sudah harus
meninggalkan daerah de facto paling
lambat 1 Januari 1949.
2. Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja
sama dalam membentuk Republik Indonesia serikat (RIS), salah satu bagiannya
adalah Republik Indonesia.
3. RIS dan Belanda akan membentuk
Uni Indonesia-Belanda yang diketuai oleh Ratu Belanda.
Perundingan Linggajati
menimbulkan Pro dan Kontra dikalangan RI. Hasil perundingan ini terutama
berpengaruh terhadap keutuhan wilayah Negara Kesatuan RI yang telah dicanangkan
sejak Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945. Sementara itu, dalam waktu yang
sama , pihak Belanda telah mensponsori pembentukan negara-negara boneka
diwilayah-wilayah RI , seperti Negara Pasundan, Negara Indonesia Timur, Negara
Sumatra Timur, dan Negara Jawa Timur .
-